OpenStreetMap logo OpenStreetMap

Saya rasa lima tahun saya tidak menulis diari atau tulisan di OpenStreetMap. Sejak tiga tahun belakangan saya lebih banyak menulis artikel di blog mengenai bangunan bernama Setiap Gedung Punya Cerita. Blog ini benar-benar menarik bagi anda pecinta sejarah arsitektur, jadi cobalah untuk mengunjunginya, semoga menjawab penasaran anda mengenai bangunan tinggi dan juga gedung-gedung menarik, atau biasa saja, atau membawa memori masa lalu anda. Blog SGPC ini juga menggunakan tagging peta OpenStreetMap karena OSM itu lisensinya terbuka dan fleksibel dibanding peta-peta populer seperti Google Maps (pelit amat lu paman Google).

Oke, tulisan ini mengajak “anak rebah”, “anak meme” dan masyarakat umum untuk berkontribusi lewat OpenStreetMap. Bagaimana caranya? Penulis rasa sederhana sekali ya, cuma entah bagaimana, orang-orang pada pakai Google Maps dimana aturan hak ciptanya bikin nyebelin pengguna lain (dengan anda memasang tag di peta, berarti ilmu geografi anda sendiri digadaikan ke Google, bukan ke sembarang orang).

Gimana caranya ya?

Kalau anda pakai komputer PC atau laptop, ini caranya:

  1. Ada tempat yang kurang? Ada jalan yang belum ditag namanya? Ada lokasi yang namanya salah? Tinggal klik “Add a note to the map” di lokasi yang menurut anda adalah lokasi yang belum ada, ketik nama tempatnya sama alamat dan klik add note. Cukup mudah, cuma penulis kasi syarat. Boleh tag apapun asal bukan rumah anda, jangan isi tag yang merujuk dari Google Maps (haram berdasarkan fatwa OpenStreetMap) atau tag yang menjurus iklan (hanya nama lokasi, alamat dan tipe tokonya). Saya juga tidak sarankan men-tag pedagang kaki lima karena lokasinya yang bisa berpindah-pindah dan semi permanen, sehingga membingungkan pengguna OSM lainnya. Jika anda bekerja sebagai pengojek/supir taksi Gojek dan Grab, manfaatkan tag ini.
  2. Jika anda terdaftar, baiknya tambah gedung dan landuse (lahan) dulu, untuk memudahkan pelaksanaan nomor 1. OpenStreetMap sebenarnya adalah peta buta untuk semua orang, jika anda menemukan yang belum dipetakan, tambahkan.
  3. Beri foto drone atau udara ke kami, jangan cuma pamer di Instagram lah! Ini yang biasanya bikin sebagian mapper mengeluh, kualitas aerial imagenya kurang sebagus di Google. Walau penggunaan drone sudah membumi di Indonesia, ternyata mayoritas drone yang ada hanya sebatas buat pamer kualitas di YouTube atau Instagram. Data OpenAerialMap dari Indonesia sendiri amat terbatas. Saya lebih ingin drone yang digunakan di Indonesia bisa berkontribusi membantu para mapper Indonesia membuat peta yang setidaknya jauh lebih detil dan berkualitas dibanding yang ada saat ini - terutama bagi para HOTter yang memang kualitas pembuatan petanya ibarat ngejar setoran. Peta di kawasan Ujung ini jadi contoh manfaat penggunaan drone dalam pemetaan OSM, dengan memanfaatkan foto drone dari kontributor OAM Indonesia. Sedikit catatan untuk metode ini bagi mapper yang mau pakai foto drone buat memetakan suatu daerah, beberapa foto ada yang terlihat sedikit tidak beraturan atau kabur. Gambar perkiraan sekiranya saja, jangan terlalu ikut pinggir-pinggir gedung di foto drone.

Hanya punya ponsel?

Sederhana banget yah, penulis sarankan pakai OSMTracker, StreetComplete atau OsmAnd, dan pastikan ada kuota internet. Anda keluar rumah, jalan-jalan di seputaran kota (siapkan masker dan pembersih tangan), sambil cek GPS dan lihat ada tempat yang tidak terdata oleh peta OSM. Penulis rasa ketiga aplikasi tersebut punya cara tersendiri untuk menandai tag yang kurang di lokasi tersebut, jadi kalau ada pertanyaan, bisa anda tulis di kolom komentar, penulis usahakan bantu.

Itu saja instruksi penulis mengenai cara berkontribusi ke OpenStreetMap bagi anak-anak rebahan, tanpa perlu login dan tanpa harus sedikit-sedikit harus pakai Google. Cheers.

Location: Ujung Hyang, Ujung, Kecamatan Karangasem, Karangasem, Bali, Nusa Tenggara, 80311, Indonesia

Discussion

Log in to leave a comment